14 Februari 2009

BANJIR SAMARINDA

Air... air...air. Air merupakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan makhluk hidup di dunia ini. Tanpa air mungkin di dunia ini tidak ada bentuk kehidupan, karena merupakan kebutuhan vital. Namun terkadang kita tidak mengetahui betapa bergunanya air tersebut, sehingga terkadang kita tidak menyadari dibalik kebergunaan tersebut kalau kita tidak kelola dengan baik akan menyebabkan hal-hal yang tidak didinginnkan. Kita denganr bencana alam akibat dari tidak terkendalinya perjalanan air ini menyebabkan banyak kerugian dari harta, benda bahkan nyawa. Untuk itu maka perlu adanya pengelolaan sumber daya air dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah alam. Karena pada dasarnya air memiliki sifat mencari tempat yang rendah, itu hukum alam. Saya prihatin dengan kondisi Kota Saya yaitu SAMARINDA. Ketika musim hujan Banjir pasti akan terjadi. Bahkan sebebarnya kita sudah tahu kondisi itu, namun saya lihat belum ada tindakan-tindakan yang signifikan dalam mengatasi permasalahan tersebut. Seolah-olah pemerintah menganggap permasalahan tersebut ibarat tamu tahunan dan dianggapnya sebagai teman. Namun kita tidak menyadari bahwa dampak yang paling dirasakan adalah mereka yang berdomisili diwilayah rawan banjir. Kalau sudah begitu sebenarnya siapa yang patut disalahkan....???? Sebenarnya solusi tepat untuk menanganan permasalahan tersebut adalah adanya kebersamaan antara semua pihak baik pemerintah, dewan selaku wakil rakyat dan rakyat sendirilah yang harus bisa saling bantu membantu mengatasi permasalahan tersebut. Apa daya pemerintah kalau tidak dibantu oleh unsur-unsur yang saya sebutkan diatas.... Bagai Macan Ompong, tidak bisa menggigit... BAiklah... kami berharap semua pihak dapat bekerja sama, sehingga kami selaku masyarakat yang mengalami permasalahan tersebut dapat menikmati hidup dengan normal tanpa adanya kekawatiran terjadinya banjir. BANGGA ANGUN KALTIM.......!!!

12 Februari 2009

RUAS JALAN BONTANG-SENGATA RUSAK BERAT

1.Gambaran Umum Jalan Bontang-Sengata Saat Ini Jalan Bontang – Sengata merupakan Jalan Negara dan termasuk dalam ruas jalan Trans Kalimantan yang menghubungkan daerah-daerah diwilayah Utara Provinsi Kalimantan Timur. Panjang jalan kurang lebih 58 Km membelah kawasan Taman Nasional Kutai (TNK) yang merupakan wilayah hutan lindung. Jalan tersebut menghubungkan daerah-daerah di wilayah utara Kalimantan mulai dari Sengata, Muara Wahau, Berau, Sangkulirang sampai dengan wilayah Malinau. Status jalan yang merupakan jalan Negara, maka wewenang penangan terhadap jalan tersebut terletak pada Anggaran APBN. Konstruksi existing jalan mulai dari Simpang tiga Loktuan sampai dengan simpang tiga Pertamina menggunakan pondasi dari soil cement (LPTS) dengan lapisan permukaan Asphalt (ACWC) sedangkan mulai dari Simpang tiga Pertamina sampai dengan Sengata menggunakan konstruksi perkerasan berbutir (base coarse) dengan lapis permukaan (ACWC). Lebar konstruksi Jalan adalah kurang lebih 6 - 7 meter dengan lebar lapis permukaan ACWC berkisar antara 5 – 5,5 Meter dengan kondisi drainase kurang baik. Jalan Bontang – Sengata menggunakan Kelas jalan IIIB, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Fungsi Jalan Arteri Kolektor Lokal Kelas Jalan I II IIIA IIIB IIIC Muatan Sumbu terberat (ton) >10 10 8 Tidak ditentukan Tipe Medan D B G D B G D B G Kemiringan Medan (%) < 3 3-25 > 25 < 3 3-25 > 25 < 3 3-25 > 25 Tabel : Ketentuan Klasifikasi : fungsi, kelas beban, medan Dengan melihat kelas jalan yang ada yaitu merupakan kelas IIIB maka seharusnya kendaraan yang boleh melewati jalan tersebut adalah muatan sumbu terberatnya hanya maksimal 8 ton. Namun dalam kenyataan di lapangan masih banyaknya kendaraan yang melebihi kapasitas diatas 8 ton melewati jalan tersebut. Dari hasil pengamatan visual di lapangan, Jalan Bontang-Sengata kondisinya cukup memprihatinkan mengingat banyaknya kerusakan-kerusakan yang terjadi. Bahkan dengan panjang kurang lebih 58 Km tersebut seharusnya dapat ditempuh dengan waktu rata-rata 1 jam namun dengan kondisi sekarang bisa mencapai 2 – 2,5 Jam perjalanan. Dengan kerusakan yang ada tersebut akhirnya berpengaruh luas terhadap kegiatan transportasi yang merupakan urat nadi kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan mulai dari ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. 2. Analisa Jenis-Jenis Kerusakan Dari pengamatan di lapangan pada Ruas Jalan Bontang – Sengata sepanjang 57,75 KM dari simpang tiga Bontang Sengata sampai dengan Simpang Empat Sengata, didapatkan jenis – jenis kerusakan yang dominant / paling banyak yaitu Depression, Disintegration , Cracking (retak) dan longsor dengan penjelasan sebagai berikut : • Depression adalah kerusakan setempat dimana terjadi penurunan yang disertai atau tidak dengan retak-retak. • Disintegrassion adalah kehancuran perkerasan menjadi bagian-bagian kecil yang lepas dimana bila tidak diadakan pencegahan pada tahap awal dapat menyebar sampai perkerasan membutuhkan rekonstruksi secara menyeluruh. Jenis disintegrassion yang terjadi diruas Bontang-Sengata tersebut adalah 1. Potholes (lubang). Adalah lubang berbentuk mangkuk dengan berbagai ukuran sebagai akibat disintegrasion setempat. Penyebab phontoles adalah kelemahan perkerasan karena kadar asphalt terlalu sedikit, terlalu tipisnya permukaan asphalt, keruntuhan dari base, drainase yang kurang baik. 2. Raveling (agregat berlepasan) Adalah pemisahan partikel agregat halus terlepas terlebih dahulu dan akibat erosi yang terus menerus, maka partikel-pertikel yang lebih besar ikut terlepas dan menyebabkan permukaan perkerasan menjadi kasar (rough) dan terkena erosi. Penyebab terjadinya Raveling adalah pemadatan yang kurang, pelaksanaan konstruksi dilakukan pada musim hujan, agregat yang kotor, kadar asphalt yang terlalu sedikit, pemanasan campuran asphalt yang terlalu berlebihan. • Cracking adalah kerusakan retak-retak yang terbagi menjadi beberapa jenis yaitu retak halus, retak kulit buaya dan retak susut. Kerusakan jalan pada Ruas jalan Bontang – Sengata yang berupa retak halus dan retak menyerupai kulit buaya adalah karena bahan perkerasan yang kurang baik, adanya pelapukan permukaan, air tanah yang naik ke permukaan akibat kapilaritas yang tinggi, penurunan yang tidak stabil dan beban berulang yang melebihi kapasitas perkerasan(beban repetisi). Sedangka retak susut (shrinkage cracks) adalah retak- retak yang saling berhubungan dan membentuk serangkaian kelompok yang luas. Penyebab retak susut adalah adanya perubahan volume dari agregat untuk campuran asphalt dengan batuan halus terlalu banyak dan kadar asphalt dengan penetrasi rendah. • Badan Jalan Longsor Longsor adalah merupakan fenomena keruntuhan dari partikel tanah diakibatkan lemahnya ikatan partikel tanah tersebut akibat dari suatu beban lateral atau terkikisnya ikatan partikel tanah oleh kondisi air sehingga membentuk bidang longsor yang menyerupai parabola. Dari hasil pengamatan visual di lapangan kelongsoran yang terjadi pada ruas jalan Bontang-Sengata terjadi akibat perletakan ruas jalan yang relatif rawan terhadap bidang longsor yaitu pada daerah tebing (cutting) dan sebagian juga akibat gerusan air yang tidak terkelola dengan baik. Ada beberapa titik longsong yaitu pada area kurang lebih sta 29+900 dari arah Bontang – Sengata, sta 36+550, sta 41+150 dan sta. 44+200. Pada kelongsoran tersebut ada beberapa titik yang sudah mendapatkan penanganan namun masih belum menunjukkan adanya keberhasilan bahkan tembok penahan yang dibangun belum cukup mampu menahan massa tanah yang ada. 3. Dampak Kerusakan Jalan a. Dampak Sosial. Dengan adanya kerusakan Ruas Jalan Bontang Sengata akan mengganggu/ menghambat kegiatan seperti : - Pelayanan untuk perorangan maupun kelompok - Pertukaran dan penyampaian informasi - Perjalanan pribadi maupun social Dampak sosial lainnya adalah : - Memperlama waktu tempuh antara rumah dan tempat bekerja, khususnya karyawan pemerintah yang bekerja di Kutai Timur banyak yang bertempat tinggal diluar Sengata - Menghambat perkembangan perluasan kota atau penyebaran penduduk - Meningkatkan angka kecelakaan Lalu Lintas - Timbulnya kerawanan sosial b. Dampak Ekonomi. Dengan adanya kerusakan Ruas Jalan Bontang Sengata membuat bertambah mahalnya nilai barang-barang yang dijual ke wilayah Kutai Timur dan sekitarnya atau sebaliknya. Hal tersebut terjadi dikarenakan semakin meningkat pula biaya angkutan akibat biaya operasional dan perawatan armada angkutan yang meningkat. c. Dampak Politik. Dengan adanya kerusakan Ruas Jalan Bontang Sengata berakibat : - Terganggunya pengembangan pelayanan kepada masyarakat atau tidak dapat diperluas secara lebih merata pada setiap bagian wilayah daerah. - Menyulitkan mobilisasi pihak keamanan dalam menjaga keamanan wilayah Kutai Timur dan sekitarnya. - Mempersulit akses perpindahan penduduk akibat adanya bencana yang menimpa wilayah disekitar ruas jalan tersebut. 4. Usulan dan Rekomendasi • Jangka Pendek a. Perlu segera diperbaiki badan-badan jalan yang rusak (lihat lampiran foto) dengan Perencanaan teknis yang lebih efektif & Pengawasan yang lebih ketat. Dari pengamatan kami perbaikan yang telah dilaksanakan tidak bertahan lama dan hanya berumur kurang dari 4 bulan serta mengalami kerusakan kembali karena berbagai factor. Salah satu upaya penanganan adalah dengan melakukan perbaikan pada titik-titik kerusakan dengan perbaikan struktur pondasi sampai dengan perkerasan (paching). Jika memungkinkan dapat dilakukan overlay permukaan jalan tersebut dengan terlebih dahulu memperbaiki pondasi badan jalan yang mengalami kerusakan. Penanganan dalam waktu dekat bisa dilakukan adalah dengan menutup lubang-lubang yang ada menggunakan material Agregat klas C (batu merah) dan melibatkan instansi / perusahaan swasta yang menggunakan akses jalan tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut diharapkan material Agregat klas C di sediakan oleh perusahaan swasta dan peralatan dapat menggunakan milik Dinas Pekerjaan Umum (PU) / UPTD. b. Pebaikan sistem drainase agar air hujan dapat melintas dengan baik sehingga tidak mengganggu struktur perkerasan jalan. Peran drainase pada flexible pavement (perkerasan lentur)/ Asphalt memegang peranan penting mengingat musuh utama asphalt adalah air. c. Melakukan koordinasi dengan beberapa instansi lain yang terkait, Selanjutnya pelaksanaan dari kebijakan transportasi tersebut dilakukan secara terpadu oleh unsur-unsur pelaksana di daerah, seperti Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Dinas Bina Marga, Polisi Lalu Lintas, dan instansi lain yang terkait, serta pihak swasta/BUMN (perusahaan perangkutan, KPC, Pertamina, dll). d. Perlu segera dilaksanakan kajian teknis yang lebih mendalam terhadap kerusakan ruas Jalan Bontang – Sengata. • Jangka Menengah a. Perlu peningkatan Klas Jalan dari III.B menjadi I, sehubungan banyaknya kendaraan yang memiliki beban diatas 10 Ton yang melewati Ruas Jalan Bontang - Sengata tersebut. b. Perlu dibangunnya jembatan timbang sebagai pengendali kelebihan muatan pada kendaraan yang melewati Ruas Jalan Bontang Sengata sesuai UU No. 13/1980 tentang jalan dan UU No. 14/1992 tentang lalu lintas. Dengan adanya jembatan timbang tersebut diharapkan kendaraan yang melewati jalan tersebut dapat terkontrol dan menghindari kendaraan yang melewati batas tonase maksimum tidak melebihi 30% dari tonase terhadap kelas jalan. Sedangkan untuk kendaraan yang kelebihan beban akan dikenakan denda sesuai kebijakan dari pemerintah daerah melalui Perda. Untuk kendaraan yang melebihi kapasitas diatas 30% terhadap tonase tidak diperkenankan melewati ruas jalan tersebut, karena akan berakibat terjadinya beban berlebih terhadap kelas jalan yang menjadi penyebab utama kerusakan jalan. Mengingat kendaraan berat yang melewati jalan tersebut didominasi dari perusahaan pengangkutan, Pertamina, KPC dan lain sebagainya maka diperlukan adanya peran serta pihak-pihak terkait terhdap pemeliharaan (maintenance) rutin jalan tersebut. • Jangka Panjang a. Perlu dibangun Ruas Jalan Alternatif untuk mengurangi kepadatan lalu lintas dan untuk pengembangan wilayah lainnya, sesuai kebijakan PemProp Kaltim yang mengacu pada RTRW.

Penelitian dan Buku Tukimun

 https://www.researchgate.net/profile/Tukimun-Tukimun/research