03 Desember 2022

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

 METODE PELAKSANAAN GEDUNG


METODE KERJA

1.     PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1METODE KERJA PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN

Semua benda dan permukaan seperti  pohon akar dan tonjolan  serta rintangan -rintangan bangunan beserta pondasinya dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan yang tercantum dalam gambar harus dibersihkan dan dibongkar kecuali untuk hal-hal di bawah ini :

1.    Sisa-sisa  pohon yang tidak  mengganggu dan akar-akar serta benda-benda yang tidak  mudah rusak yang letaknya minimum ± 1 meter di bawah dasar pondasi.

2.    Pembongkaran tiang-tiang saluran-saluran dan selokan-selokan hanya sedalam yang diperlukan dalam penggalian ditempat tersebut.

3.    Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali lubang-lubang bekas pepohonan dan lubang-lubang lain harus diurug kembali dengan bahan-bahan yang baik dan dipadatkan.

4.    Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman dan puing-puing ketempat yang ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

 

 1.2. METODE KERJA PERBAIKAN KONDISI TANAH GALIAN/URUGAN

1.2.1. Lingkup Pekerjaan

Yang termasuk pekerjaan perbaikan kondisi tanah adalah semua pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan tanah meliputi :

·     Land Screeding

·     Pemadatan Tanah

·     Penggalian, perataan, pengurugan setempat jika diperlukan.

 

1.2.2. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan  Tanah Di Daerah 'Fill'

· Penimbunan dilakukan sampai pada peil dan kemiringan yang ditentukan sesuai Gambar Kerja.

·   Sebelum penimbunan, daerah kawasan harus dibersihkan dari semua kotoran, rumput, humus, akar pohon dan akar tanaman.

·  Penimbunan baru dilakukan setelah tanah yang selesai dibersihkan itu dipadatkan mencapai 90% kepadatan maksimum modified proctor.

·     Pelaksanaan pemadatan dilakukan lapis demi lapis, tiap lapisan tidak boleh lebih dari 20 cm tebal sebelum dipadatkan atau 15 cm setelah dipadatkan.

·  Pemadatan tanah dan pembentukan permukaan (shaping) dilakukan dengan blade graders dan 3 wheel power rollers yang beratnya 8 ton sampai 10 ton atau pneumatic rollers lainnya dengan mendapatkan persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi. Sebelumnya tanah harus digaru dengan sheep foot rollers.

·  Tanah yang dipadatkan harus mencapai  90 % kepadatan maksimum yang dapat dicapai  pada kadar air optimum yang ditentukan dengan Modified AASHTO T-99, kecuali tanah setebal 30 cm di bawah sub base course harus mencapai 90% compacted (dari modified proctor).

·    Selama pemadatan harus dikontrol terus kadar airnya, sebelum pemadatan kadar air dari fill material harus sama dengan kadar air optimum dari hasil test Compaction Modified Proctor dari contoh fill material.

·    Apabila kadar air bahan timbunan/fill material lebih kecil dari bahan optimum, maka fill material harus diberi air sehingga menyamai kadar air optimum. Sebaliknya bila kadar air bahan timbunan/fill material lebih besar dari kadar air optimum, maka fill material harus dikeringkan terlebih dahulu atau ditambah dengan bahan timbunan yang lebih kering.

·    Pemadatan harus dilakukan pada cuaca baik, bila hujan dan air tergenang, pemadatan dihentikan. Diusahakan air dapat mengalir dengan membuat  saluran-saluran  drainase sehingga daerah pemadatan selalu kering.

·     Setiap lapis dari daerah yang dipadatkan harus ditest dengan 'Field Dry Density Test' untuk mengetahui kepadatan tanah yang dicapai serta Moisture Content. Satu test untuk setiap 400 m2 untuk tanah yang dipadatkan.

·  Apabila tanah yang dipadatkan < 1,6 ton/m3, maka tanah tersebut harus diganti dengan tanah lain atau dicampur pasir sehingga tanah tersebut menjadi >1,6 ton/m3.

·  Apabila tanah yang dipadatkan telah mencapai nilai 90% compacted dari modified proctor (untuk lapisan sub grade setebal 30 cm di bawah base) tetapi tidak mencapai soaked CBR minimum = 4, maka tanah (sub grade) tersebut harus diganti  dengan fill  material  yang pada 90% maksimum compacted mencapai nilai soaked CBR = 4.


1.2.3. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Di Daerah 'Cut'

·   Setelah galian tanah kontruksi lantai dilakukan, kemudian permukaan tanah lapisan sub grade tersebut dilakukan pengetesan CBR = 4, apabila ternyata permukaan atas sub grade tersebut tidak mencapai nilai soaked CBR = 4, maka tanah tersebut harus digaru / digali setebal 30 cm sehingga menjadi gembur, kemudian dilakukan pemadatan, sehingga nilai soaked  CBR = 4 bisa tercapai

·  Pemadatan tanah dan pembentukan permukaan (shaping) dilakukan dengan blade graders dan 3 wheel power roller yang beratnya 8 ton sampai 10 ton atau pneumatic roler lainnya dengan mendapatkan persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi. Sebelumnya tanah harus digaru dengan sheep foot roolers.


2.     PEKERJAAN STRUKTUR

2.1. METODE KERJA PONDASI TIANG PANCANG

2.1.1. Pendahuluan

1.    Penentuan alat pancang yang di gunakan : Peralatan pancang yang dipakai harus mempuyai efisiensi dan energi yang memadai.

2.    Rencanakan set tiang final : Untuk menentukan dan kedalaman dimana pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final set)

3.    Rencanakan urutan pemancangan dengan pertimbangan kemudahan manuver alat.

4.    Lokasi stok material ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi pemancangan.

5.    Tentukan letak titik pancang dengan theodolite dan tandai dengan patok

 

2.1.2. Proses Pemancangan

1.    Alat Pancang di tempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik pancang yang telah di tentukan

2.    Tiang di angkat pada titik anngkat yang telah di sediakan pada setiap tiang.

3.    Tiang didirikan di samping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.

4.   Ujung bawah tiang di dudukan  secara cermat di atas patok yang sudah di tentukan.

5. Penyetelan vertical tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambal diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh betul-betul vertikal.

6.    Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang di klem dengan center gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.

7. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara berkesinambungan ke atas helmet yang terpasang di atas kepala tiang.

8.    Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk penyambungan batang berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.

Proses penyambungan tiang:

·   Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan pada batang pertama.

·       Ujung bawah tiang di dudukan di atas kepala tiang yang pertama, sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang sudah berhimpit dan menempel menjadi satu.

·       Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.

9. Selesai peyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang di lakukan batang pertama. Peyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.

10. Pemancangan tiang apat dihentikan (selesai) bila jung bawah tiang telah mencapai lapisan tanah keras/ final set/ kedalaman yang di tentukan.

11.  Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang di tentukan sesuai shop drawing

 

2.1.3. Quality Control

1.    Kondisi fisik tiang :

·     Seluruh permukaan tiang tidak rusak dan retak

·     Umur beton sudah memenuhu syarat

·     Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan

2.    Toleransi :

Vertikalitas tiang diperiksa secara periodic selama proses pemancangan berlangsung. Penyimpangan arah vertical tidak lebih dari 1 : 75 dan penyimpangan arah horizontal tidak melebbihi dari 75 mm

3.    Penetrasi :

Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setengah meter.

4.    Final Set :

Pemancangan baru bisa dihentikan apabila telah mencapai final set/ kedalaman sesuai rencana.

 Gambar 1. Metode Pemancangan

 

2.2   PEKERJAAN STRUKTUR  ATAS

2.2.1. Metode Kerja Beton Konstruksi

A.  Metode Pelaksanaan Pemasangan Bekisting bata untuk Sloof

1.    Pembuatan tanda-tanda yang menyatakan as-as atau level dengan menggunakan cat warna yang jelas dan tahan lama.

Gambar 2. Batas-Batas Galian

2. Pekerjaan galian menggunakan backhoe/escavator untuk area yang memungkinkan dan dengan tenaga manusia untuk area yang sempit.

3.    Pekerjaan galian dilakukan sesuai gambar rencana dan dilakukan pengukuran dengan menggunakan watelpass sampai pada elevasi yang diinginkan.

4.    Setelah pekerjaan galian sloof  kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan urugan pasir dan lantai kerja untuk dudukan sloof sesuai dengan elevasi rencana.

5.    Buat profil pada tiap sudut atau tempat yang teIah ditentukan. Profil dibuat dari kayu kaso yang berfungsi sehagai patokan ketegakan pasangan bata, sehingga profil harus benar-benar tegak.

6.    Profil-profil di beri tanda setiap ketebalan bata dan adukan, digunakan pensil/spidol untuk menandai psofil tersebut.

7.    Pasang benang untuk setiap lapis (atau tiap dua lapis) dari profil ke profil untuk mengontrol kelurusan pasangan.

8.    Pasang bata sesuai dengan profil yang telah terpasang.

9.    Cek kerataan bidang pernasangan dengan jidar serta posisi pasangan bata apakah sesuai garnbar kerja atau belum.

10.  Jika tinggi pasangan bata > 1 meter, malra pasangan bataco tersebut Harus menggunakan sloof dan kolom praktis.

  

B.  Metode Pelaksanaan Pemasangan Bekisting Kolom

  

 

Gambar 3. Metode Pekerjaan Kolom

 

C.  Metode Pengecoran dan Pemadatan Beton

1.    Tahapan Pengecoran

2.    Siapkan checklist untuk pengecoran.

3.    Tentukan elevasi dan batas batas pengecoran dengan menggunakan waterpass.

4.    Bersihkan lokasi cor dengan menggunakan kompresor.

5.    Tes slump, buat kubus beton.

6.    Tuangkan adukan beton dari alat angkut menuju bekisting, pada pekerjaan tangga dimulai dari anak tangga terbawah.

7.    Padatkan beton dengan alat vibrator.

8.    Ratakan permukaan beton dengan alat garuk cor dan jidar.

 


 
Gambar 4. Slump test dan pengecoran dengan CP

 

Gambar 5. Pemadatan Beton


D. Metode Perawatan Beton

1.    Setelah beton agak mengering, pasang adukan pada sekeliling beton lantai yang akan digenangi air dengan tinggi adukan +/- 5 cm.

2.    Biarkan adukan sarnpai keringl keras.

3.    Aliri/genangi permukaan beton lantai denp air kerja menggunakan pompa dan slang air.

4.    Lakukan penyirarnan atau penggenangan permukaan lantai beton secara teratur

5.    Kontrol genangan air jangan sampai kering

6.    Jika terjadi hujan maka tidak perlu diadakan pekerjaan penyirarnan beton lantai


Gambar 6. Metode Perawatan Beton (curring)

  

E.    Metode Pembengkokan dan Pemasangan Pembesian

a.   Persiapan Pekerjaan/Peralatan Tulangan

Pembengkokan dan pembentukan.

Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus  sedemikian rupa sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung.

b.   Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganannya

Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan etiket/label yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal.

Tempat penyimpanan kering, daerah yang bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari lumpur

Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk mengindari kerusakan. Gudang di alas tanah harus pur, kotoran, karat dsb.

 

c. Pelaksanaan Pemasangan Tulangan, Pembengkokan, dan Pemotongan Persiapan

1)  Pembersihan

Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill  steel) dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.

2)  Pemilihan/seleksi

Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.

 

d.   Pemasangan

1)  Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat  baja, hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.

2)  Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacers/penahan jarak.

3)  Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk memperoleh lokasi  yang  tepat  selama  pengecoran   beton  dengan penjaga  jarak,  kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.

4)  Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat (seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit samadengan beton yang akan dicor.

5)  Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal  penutup beton.

Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor, Penahan- penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang  sebanyak  minimum  4 buah setiap  m^2 cetakan  atau  lantai  kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.

6)  Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan  bawah atau  lantai kerja oleh blok-blok beton  yang  tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan-tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang berbatasan.


e.  Toleransi pada Pemasangan Tulangan

1)  Terhadap selimut beton (selimut beton) : ± 6 mm

2)  Jarak terkecil pemisah antara batang : ± 6 mm

3)  Tulangan atas pada pelat dan balok :

-     balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : ± 6 mm

-     balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm: ± 12 mm

-     balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : ± 12 mm

-     panjang batang : ± 50 mm

4)  Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai SNI 2847 2002


f. Pembengkokan Tulangan, Sesuai Dengan SNI 2847 2002.

1)  Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara yang merusak tulangan itu.

2)  Batang  tulangan yang  diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya.

3)  Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.

4)  Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin, kecuali apabila petnanasan dilajutkan oleh perencana.

5)  Apabila  pemanasan diijinkan,  batang  tulangan  dari  baja  lunak  (polos atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 85 C.

6)  Apabila batang  tulangan dari baja lunak yang  mengalami pengerjaan dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan di atas 100 0 C yang bukan pada waktu  las, maka dalam perhitungan-perhitungan sebagai kekuatan baja hams diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami pengerjaan dingin.

7)  Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali diijinkan oleh perencana.

8)  Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air.

9)  Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8 kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian dari bengkokan.


g.  Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.

1)  Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang ditunjukkan dalang  gambar-gambar rencana  dengan toleransi-toleransi  yang  disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana, pada pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperii tercantum dalam ayat-ayat berikut.

2)  Terhadap  panjang  total  batang  lurus  yang  dipotong  menurun  ukuran  dan terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan dalam ayat (3) dan (4).  Terhadap   panjang  total  batang  yang  diserahkan  menurut  sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan - 25 mm.

3)  Terhadap  jarak  turun  total  dari  batang  yang  dibengkok  ditetapkan  toleransi sebesar  ± 6 mm untuk jarak  60 cm atau kurang dan sebesar  ±12 mm untuk jarak lebih dari 60 cm.

4)  Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm.


h.  Panjang Penjangkaran dan panjang penyaluran.

1)  Baja tulangan mutu U-28 (BJTD-28)

-     Panjang penjangkaran  = 30   diameter dengan kait

-     Panjang penyaluran      =     30 diameter dengan kait

2)  Baja tulangan mutu U-42 (BJTD-42)

-     Panjang penjangkaran       =     40 diameter tanpa kait

-     Panjang penyaluran          =     40 diameter tanpa kait

3)  Penyambungan  tidak  boleh  diadakan  pada  titik   dimana  terjadi  tegangan terbesar.

4)  Sambungan  untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton harus diadakan di tengah  bentang,  dan  tulangan  bawah  pada  tumpuan.  Sambungan harus ditunjang dimana memungkinkan.

5)  Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh melampaui perbandingan 1 terhadap 10.

6)  Standard Pembengkokan

Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan SNI 2748 2002 (Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung), kecuali ditentukan lain.


i.  Pemasangan Wire Mesh

Pemasangan pada kepanjangan terpanjang yang memungkinkan Jangan melakukan penghentian / pengakhiran lembar wire mesh antara tumpuan balok atau tepat diatas balok dari struktur menerus.

Keseimbangan pengakhiran dari lewatan dalam arah lebar yang berdampingan untuk mencegah lewatan yang menerus.

Wire mesh harus ditahan pada posisi yang benar selama pengecoran.


j. Las

Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai dengan Reinforcement Steel Welding Code  (AWS D 12.1). Pengelasan tidak boleh dilakukan pada pembengkakan di suatu batang, pengelasan pada persilangan (las titik) harus diijinkan kecuali seperti di anjurkan atau  disahkan oleh Direksi Lapangan. ASTM specification harus dilengkapi dengan keperluan jaminan kehandalan kemampuan las dengan cara ini.


i.   Sambungan Mekanik

Bila jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari luas penampang kolom dengan menggunakan diameter  32 mm, sambungan mekanik  untuk tulangan  (pada kolom) harus disediakan dan dipakai.


Demikian metode pekerjaan  bangunan gedung, mungkin ini masih banyak kekurangan hanya sebagai sharing saja. Terima kasih.






Penelitian dan Buku Tukimun

 https://www.researchgate.net/profile/Tukimun-Tukimun/research