14 Januari 2011

MINIMALIS

Rumah Minimalis adalah sebuah gaya arsitektur bangunan yang tengah menjadi tren di metropolitan. Karya arsitektur bangunan, termasuk rumah minimalis, merupakan pilihan-pilihan terhadap bentuk arsitektur sebagai akibat budaya.

MINIMALIS adalah pola berpikir, bekerja, dan suatu cara hidup. Sebuah cara pandang baru dalam melihat desain sebagai refleksi cara hidup masyarakat urban yang serba praktis, ringan, efisien, dan penuh kesederhanaan.

Rumah minimalis pun hadir dengan karakter lebih jelas (bentuk dan ruang geometris, sederhana), lebih baik (kokoh), dan lebih kuat dengan ruang- ruang yang kosong (sedikit ornamen dan perabotan). Prinsipnya semakin sederhana, maka kualitas desain, ruang yang ada, dan penyelesaian bidang struktur harus semakin lebih baik.
Namun perlu dicatat terlalu minimalis akan menjadi steril, tunggal rupa, dan cenderung membosankan. Untuk itu perlu dipahami bersama bagaimana pengembangan dasar rumah minimalis dalam konteks budaya masyarakat urban kita.

Bentuk rumah minimalis tidak selalu harus kotak sederhana, tetapi juga dapat berbentuk platonik geometri menjadi bagian dari lanskap yang “tiba-tiba” muncul ke atas.

Minimum is ultimate ornament. Minimum menjadi tujuan sekaligus ornamen itu sendiri yang sederhana dan murni (simple and pure). Garis-garis lurus, bidang-bidang datar yang mulus, terkadang kasar, dan pertemuan bidang yang serba siku tegak lurus. Blocking massa, material, pencahayaan, pengulangan, sirkulasi ringkas, optimalisasi multifungsi ruang dan berurut.
Pemakaian beragam bahan material seperti kayu, batu bata, batu kali, kaca, beton ekspos, atau baja juga dapat tampil murni. Ekspos dominasi bahan material tertentu akan menghasilkan efek yang berbeda-beda. Desain dan perhitungan struktur yang detail dapat menghemat pemakaian bahan material dengan hasil bangunan tetap optimal.

Penyelesaian mulai dari lantai, dinding, pintu, jendela, lubang angin, skylight, plafon, hingga atap, dengan kombinasi pemakaian bahan secara konsisten. Rangka (beton, baja), dinding (kaca, kayu, beton polos/ekspos, baja, batu kali, batu bata, hebel, batako), pintu dan jendela (kayu, metal), tangga (beton, baja, kayu, fiberglass), skylight (fiberglass), lantai (semen, teraso, keramik, marmer, parquet), plafon (tripleks, gipsum) atau tanpa plafon (beton ekspos, ekspos rangka atap baja, kayu) dan atap (genteng, sirap, baja).
Rumah minimalis menekankan bentuk desain yang lugas, polos, sederhana, tidak rumit, kompak, dan efisiensi ruang. Mahal murah suatu bangunan sangat ditentukan oleh pemakaian bahan material yang digunakan dari desain yang diusulkan.
Kesan minimalis juga tampil pada sikap arsitek, atas persetujuan klien sebagai calon penghuni rumah, untuk “sukarela” mereduksi berbagai kebutuhan yang tidak penting.
Rumah minimalis jelas akan terasa nyaman untuk ditinggali bagi masyarakat urban yang serba praktis, fungsional, ringan, hemat, dan efisien, karena minimalis adalah pengejawantahan gaya hidup mereka, sesuai dengan kebutuhan fungsi mereka.

Penataan cahaya lampu yang cermat dan berseni (lampu sorot, lampu tanam, lampu gantung, lampu taman) membuat rumah minimalis tampak lebih artistik di malam hari.
Rumah minimalis akan terus berkembang seiring dengan kreativitas arsitek, inovasi desain, dan ditunjang kecanggihan teknologi, membuat penampilan rumah minimalis akan selalu hadir dengan terobosan- terobosan baru yang segar, detail yang makin sempurna, dan harga yang semakin terjangkau.

Pada akhirnya nilai keindahan rumah minimalis tidak lagi mengandalkan ornamen dan obyek artifisial, tetapi lebih bermakna kepada sebuah kejujuran bentuk, fungsi, dan penjiwaan ruang yang diciptakan.

29 November 2010

RUMAH TUMBUH UNTUK KONSEP DI PERUMAHAN

RUMAH tumbuh. Inilah tren yang kini berjangkit pada pasangan muda yang tinggal dan menetap di kota-kota besar di Indonesia. Dengan dana yang terbatas, banyak pasangan harus berpikir ulang bila ingin membangun rumah ideal sesuai impian.
Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan memancang konsep rumah tumbuh. Sesuai dengan namanya, rumah tumbuh adalah rumah yang pembangunannya bertahap. Tentu saja, ini tergantung pada kebutuhan dan sesuai dengan kemampuan keuangan.
Para arsitek yang dihubungi KONTAN pada bilang, orang umumnya membagi konsep rumah tumbuh menjadi dua, yakni vertikal dan horizontal. Rumah tumbuh secara horizontal, pengembangannya lazimnya lebih gampang. Sebab, dengan pemilikan lahan yang luas, Anda tak masalah bila harus mengembangkan ke samping atau melebar.
Persoalannya di kota-kota besar seperti Jakarta, untuk mendapatkan tanah lapang tentu saja bukan urusan gampang. Kalaupun ketemu, harganya wuih mahal alias akan menguras kantong.
Makanya, tren di kota-kota besar, rumah kebanyakan tumbuh secara vertikal. Lantas, apa yang kudu Anda persiapkan dengan konsep rumah tumbuh secara vertikal? "Yang menjadi syarat utama adalah pondasi rumah harus kokoh. Ini syarat mutlak bila ingin rumah tumbuh," ujar Endy Ibuhindar, pengajar jurusan Teknik Arsitektur Universitas Trisakti.
Perencanaan rumah tumbuh harus matang
Kedua, yang juga penting adalah perencanaannya yang matang sejak awal pembangunan rumah. Untuk itu, Endy menyarankan, agar pemilik rumah atau lahan melibatkan jasa arsitek. "Ini penting agar ke depan tidak terjadi bongkar pasang. Bukannya mau hemat, kantong malah jebol," katanya.
Endy bilang, perencanaan ini kelak akan terus menjadi pedoman pembangunan rumah di masa depan. Bila kelak pemilik rumah akan menambah ruangan, pedoman awal harus menjadi acuan tukang. "Ada baiknya, pedoman pembangunan rumah tumbuh itu dalam satu kertas yang bisa dibuka setiap saat," ujar Endy. Tentu saja, pedoman ini tak sekadar kertas blue print saja, tapi juga berisi tahap-tahap pembangunan rumah berdasarkan skala prioritas kebutuhan.
Widi Sudarmoko, Arsitek dari PT Bangun Rumah Persada menambahi, dalam konsep rumah tumbuh, persoalan yang agak merepotkan adalah masalah desain. Makanya, seorang arsitek yang mendapatkan order merancang rumah tumbuh akan membuat desain yang akan berkesinambungan antara rencana semula dengan pengembangannya di kemudian hari. "Jadi, pemilik rumah jangan pernah mengubah tahapan-tahapan yang sudah dibuat," ujar Widi. Bila nekat, kemungkinan bongkar pasang bisa terjadi. "Jadi memang harus mencari desainer yang benar-benar cerdas," ujar Widi Sudarmoko.
Masalah lain yang juga bakal mengganjal adalah pengerjaannya. Ada baiknya pengerjaan rumah tumbuh ini dilakukan oleh tukang yang sama. Gonta-ganti tukang bisa mengandung risiko. "Biasanya orang yang pertama kali mengerjakan lebih paham daripada orang baru," ujar Widi Sudarmoko. Makanya, sebaiknya Anda tidak kehilangan kontak dengan kontraktor yang pertama kali membangun rumah tumbuh Anda.
Yang juga tak kalah pentingnya adalah komitmen dan kesabaran pemilik rumah dalam mengembangkan rumah. Sebab, pembangunan rumah tumbuh bisa berjalan belasan atau bahkan puluhan tahun. "Komitmen penting untuk menyelesaikan pembangunan rumah sesuai rencana," ujar Endy. Untuk itu, pemilik rumah harus menyisihkan dana agar bisa mewujudkan mimpi.
Yang jelas, Endy dan Widi sepakat rumah tumbuh adalah solusi bagi pemilik rumah yang ingin mengembangan rumah dengan dana terbatas. Nah, silakan membuat rencana besar untuk rumah Anda.

26 Oktober 2010

Perpres 54 tahun 2010

Untuk memberikan pelayanan yang maksimal terhadap Proses Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, maka diterbitkanlah Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 sebagai Pengganti Kepres 80 Tahun 2003. Sedangkan untuk berlakunya Perpres 54 mulai Agustus 2010 sudah dinyatakan berlaku, dan Kepres 80 tahun 2003 dinyatakan tidak berlaku kembali per Januari 2011 di ganti dengan Perpres 54 tahun 2010.

Walaupun dengan keterbatasan yang ada peraturan ini menjadi pedoman dalam pengadaan barang dan Jasa Pemerintah, untuk dapat melihat perbedaan yang jelas antara Perpres 54 tahun 2010 dengan Kepres 80 tahun 2003 dapat di ambil filenya di Download File :http://moonix-mgt.blogspot.com/ mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi teman-teman semua....... (salam teknik sipil...).

Penelitian dan Buku Tukimun

 https://www.researchgate.net/profile/Tukimun-Tukimun/research